Camping Ceria Ranu Kumbolo (part 2)
Full day in Ranu Kumbolo
Senin, 15 Juli 2019
Mungkin sekitar pukul 04.00 kalau gw gak salah lihat jam karena masih ngantuk juga gara-gara semaleman tidur merem-melek terus karena kedinginan, gw terbangun karena sudah mendengar suara pendaki-pendaki yang lain entah mau sholat subuh tapi kelihatannya juga belum masuk waktu subuh atau mau menunggu matahari terbit atau juga yang mau lanjut ke Kalimati dan entah lah, yang penting gw lanjut tidur. (Lach terus ngapa gw ceritain yak.. 🙊)
Pukul 05.00 lebihan barulah gw bangun dan kemudian gw sholat subuh dulu. Dan memang dinginnya kagak nahan dibanding gw dulu kesini, tapi gw agak kecewa karena pagi itu di Ranu Kumbolo tidak membeku karena itu yang udah gw nanti-nanti kan. Gw lihat temen-temen gw pada mau foto sunrise disana dan gw juga menunggu sebentar hingga sekitar pukul 05.30 masih berkabut sehingga matahari tidak nampak diantara punggungan Ranu Kumbolo yang sering dibuat foto-foto. Dan akhirnya gw bikin aja kopi depan tenda sambil neyebat-nyebat aja dulu, sedangkan temen-temn gw yang lain pada foto-foto.
Beres foto-foto, cewek-cewek mulai menyiapkan menu untuk sarapan. Sebelum membuat sarapan, mereka membuat roti bakar dulu untuk camilan pagi dan memang mantap lah makan roti bakar, panas-panas, ditemani kopi dan pasangannya. Pukul 07.30 lebih sarapan telah siap untuk disajikan dan semuanya pun bersiap pasng kuda-kuda mengelilingi makanan dan langsung menyantapnya dan tak lupa sebelum makan berdoa dulu.
Tampang gw saat makan roti bakar 🙈
|
Karena hari ini memang kita bakan seharian full disini, temen-temen gw melanjutkan foto-foto lagi di sekitaran Ranu Kumbolo. Berhubung gw orangnya gak terlalu suka kebanyakan jeprat-jepret, gw lebih pilih tiduran depan tenda dan menjaganya sambil menikmati sinar matahari yang menghangatkan pagi di Ranu Kumbolo (Kata-kata gw kok sok-sokan mulu ya..). Dan gw baru tahu, kalau semakin siang semakin sepi karena banyak pendaki yang mulai melanjutkan perjalanan ke Kalimati dan sebagian juga turun. Kondisi seperti inilah yang asyik, karena suasananya benar-benar tenang, mungkin hanya kurang dari 15 tenda yang waktu itu masih berdiri di area Ranu Kumbolo. Tenda kita yang sebelumnya kanan-kiri depan-belakang dihimpit oleh tenda pendaki lain, menjadi lenggang sekali dandapat melihat Ranu Kumbolo dengan jelas sekali tanpa adanya tenda-tenda pendaki lain di depan tenda kami.
Menjelang siang gw pun mulai terbangun karena matahari juga mulai semakin berasa panasnya dan temen-temen juga sudah pada puas foto seharian di Ranu Kumbolo. Setelah waktu dhuhur tiba, kita sholat dulu kemudian langsung menyiapkan makanan untuk makan siang. Kali ini kita berencana makan siang agak dekat di Ranu Kumbolo agar lebih syahdu dan juga mumpung masih sepi agar bisa buat foto makan dengan background Ranu Kumbolo. Setelah makanan siap semua, keti mulai menggotong makanan kita yang dimasak didepan tenda kita menuju daerah dekat Ranu Kumbolo dan kemudian foto dulu dan barulah kita pasang kuda-kuda mengelilingi makanan seperti biasa untuk mulai makan.
Menjelang sore hari mulai lah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, eh salah, bukan itu maksud gw. Sedikit demi sedikit mulai berdatangan pendaki-pendaki yang akan mendirikan tenda di area Ranu Kumbolo. Kita juga telah ada rencana akan menuju Oro-oro Ombo untuk foto-foto disana. Ternyata ketika telah melewati Tanjakan Cinta, gw agak sedikit kecewa saat melihat Oro-oro Ombo karena saat itu pas kondisi Oro-oro Ombo kering seperti pas pendakian gw sebelumnya, padahal gw berharap lagi mekar-mekarnya tumbuhan Verbena brasiliensis. Akhirnya gw memilih untuk tidak ikut berfoto-foto dengan temen-temen.
Makan siang syahdu |
Kebetulan saat itu Umi membawa hammock yang kemudian gw pinjam biar bisa gw pakai tidur-tiduran diatas Tanjakan Cinta untuk menunggu mereka foto-foto dan juga sambil melihat Ranu Kumbolo dari atas kan seru tuh, niat gw sih begitu. Ternyata eh ternyata, lha kok tali hammock nya pendek sekali. "Anjir, kagak jadi tidur-tiduran pake hammock", batin gw. Jadi tambah kecewa gw gara-gara tidak bisa pakai hammock nya. Sebenarnya gw ingin turun menuju tenda lagi, tapi gw takutnya nanti temen-temen pada bingung kalau gw tidak ada disana. Akhirnya gw tungguin mereka disana sambil minum air dan sebat-sebat dulu (padahal sudah tidak bisa dianggap sebatang lagi, karena berbatang-batang, haha). Ternyta menunggu mereka juga lumayan lama sekali ya, sampai-sampai kabut yang dingin sekali mulai menhampiri gw terus. Dengan kondisi gw yang hanya mengenakan kaos dan celana pendek, rasa dinginnya itu lho, bikin sensasi gw getar-getar gimana gitu.
Selama menunggu, gw juga saling bertegur sapa dengan pendaki-pendaki lain yang sedang naik ataupun turun. Gw juga semapat mengobrol sedikit dengan pendaki yang sedang turun, yang ternyata kelompok mereka terdiri dari orang-orang yang resign kerja jadi gw merasa kita-kita sehati karena gw sendiri juga baru resign kerja. Salah satu dari mereka juga sempat bilang, "Kalau gak resign ya gak bisa naik gunung kayak gini mas. Kerja dulu ngumpulin duwit, terus resign biar bisa gunung lagi". "Bener mas", jawab gw. Sambil gw batin juga, "Bener juga kata mas-masnya, kalau kita jadi pegawai agak susah naik gunung apalagi pas hari-hari bukan libur". Gw juga jadi teringat kata-kata dari seorang karakter anime yaitu Itami Youji dari anime Gate yang mengatakan, "Aku bekerja demi hobiku. Jika aku disuruh memilih pekerjaan atau hobi, aku memilih hobi". Selain mereka, gw juga sempat bertemu 2 pendaki cewek dari Singapura yang kemudian gw fotokan dengan pendaki lain.
Cukup lama gw menunggu temen-temen, yach sekitar hampir 2 jam, akhirnya mereka kembali juga. Kemudian kita turun bersama menuju tenda. Ketika di area camp, karena belum gelap, mereka memanfaatkannya lagi untuk berfoto-foto. Ketika hari juga sudah masuk gelap, barulah mulai masuk kedalam tenda masing-masing karena juga sudah mulai terasa iebih dingin. Pukul 19.30, cewek-cewek pada mulai mulai memanggil-manggil kita semua untuk menawari makan malam, yang pastinya pada mau makan semua.
Setelah makan malam siap, cewek-cewek membagi makanan untuk cowok-cewek agar bisa makan di tenda masing-masing karena malam itu dingin sekali dan kemungkinan lebih dingin dibanding hari kemarinnya. Setelah makanan dibagi, gw dan Rifqi bersiap makan tapi saat itu Rizal menolak untuk makan karena ingin di dalam tenda. Ketika gw perhatikan, Rizal terlihat kedinginan sekali dan sambil gw batin, "wah, kalau udah kelihatan kayak gitu gw biarin gak makan takutnya malah jadi brabe". Gw bujuk perlahan-perlahan agar dia mau makan walaupun cuma sedikit, yang penting perut harus ada isinya. "Ayo zal makan, biarpun dikit lu mesti makan. Soalnya ini dingin, kalo perut lu kosong ntar mlah bahaya", kata gw ke Rizal. Tapi Rizal masih bersikeras juga menolak makan dengan bilang, "Gak usah, gak laper, gw mau tidur aja dalem tenda". Kejadian seperti gw jadi teringat saat pendidikan MAPALA gw dulu, ada juga temen gw yang susah makan samapai dibujuk-bujuk olah banyak orang baru mau makan, itupun cuma sedikit. Karena Rizal bersikeras menolak makan, gw juga bersikeras mengajak Rizal untuk makan dan akhirnya mau juga dia ikut makan bersama gw dan Rifqi. Setelah makan Rizal pun bilang, "Iya, ternyata bener pas udah makan jadi berasa lebih anget". "Iya zal, soalnya kalau kondisi perut lu kosong bikin masuk angin dan lu mesti makan", balas gw. Makan beres, nyebat sebentar, kemudian masuk tenda.
Tanjakan Cinta |
Foto sore hari |
Akhirnya Merasakan Es Ranu Kumbolo
Selasa, 16 Juli 2019
Pagi hari sekitar pukul 04.30 gw terbangun masih setengah sadar dan mendengar suara banyak orang yang teriak-teriak "Es, es.." dan gw tengok Rifqi yang ternyata sudah bangun keluar tenda. Ketikagw lihat keluar tenda, taraaa..... Ternyata benar-benar banyak es-es tipis (seperti serutan es batu) yang menyelimuti seluruh Ranu Kumbolo. Ketika gw mau mengenakan sandal, ternyata sandal gw membeku dan kaku dengan dibalut butiran es tipis. Gw benar-benar baru merasakan kali pertama ini melihat dan merasakan es seperti ini yang mana Indonesia sendiri bukan daerah bersalju tapi bisa muncul es seperti ini. Gw juga merasa beberapa kekecewaan gw telah hilang tertutup rasa senang gw dengan adanya es-es disana saat itu. Kita semua pun langsung menghabiskan waktu untuk mengabadikan dengan banyak foto-foto karena kita semua juga baru pertama kali melihat es seperti itu. Walaupun pada akhirnya kita juga tidak bisa mendapat pemandangan sunrise karena saat itu tertutup kabut lagi, tapi kita semua tetap merasa puas karena dapat merasakan es disana.
Ice from Ranu Kumbolo |
Makan terkahir
Foto perpisahan Ranu Kumbolo |
The last team |
Perjalanan Selesai |
Note : Sedikit sharing buat sobat-sobat pendaki, bila ada teman-teman dari kelompok kalian yang susah untuk makan terlebih lagi terlihat kedinginan dan mulai diam (seperti cerita saya), coba bujuk lah mereka perlahan agar mau makan walaupun sedikit karena takutnya bisa-bisa terkena hipotermia. Dan juga mungkin sobat pendaki yang merasa tidak lapar, cobalah paksa untuk makan, jangan sobat samain kondisi di gunung dengan dirumah karena di gunung energi kita pasti terkuras dan dengan makanlah membuat badan sobat-sobat menjadi kuat juga pastinya. Kasihan teman-teman kalian kalau sobat tejadi apa-apa. Kalau sobat-sobat di gunung, belajarlah buat jadi kuat untuk survive. Kalau dari hal seperti itu saja sudah susah, apabila terjadi sesuatu yang tidak diingin semisal tersesat dan tidak punya rasa survive, kemungkinan kecil sobat bisa kembali kerumah (semoga jangan sampai terjadi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar